Financial Market Update
*Point of Interest:*
· Gubernur
The Fed Christopher Waller menyatakan akan mendukung penurunan FFR sebesar 25
bps pada September. Waller memperkirakan penurunan tambahan akan dilakukan
dalam 3 hingga 6 bulan ke depan. Lebih lanjut, Waller berargumen bahwa inflasi
inti sudah mendekati target jika mempertimbangkan dampak tarif sedangkan pasar
tenaga kerja sebenarnya lebih lemah dibandingkan angka _headline_. Pandangan
Waller menjadi sorotan mengingat kredibilitasnya yang tinggi sebagai pejabat
The Fed, serta posisinya yang juga dipertimbangkan oleh Gedung Putih untuk
jabatan Ketua The Fed. Pada pergerakan pasar semalam, ekspektasi pelaku pasar
terhadap dua kali penurunan FFR tahun ini tidak berubah meskipun pertumbuhan GDP
AS Q2-2025 direvisi naik menjadi 3,3% (sebelumnya: 3,1%).
· Aksi
unjuk rasa yang berlangsung meningkatkan volatilitas pasar domestik Indonesia. Nilai tukar rupiah, saham dan obligasi domestik mengalami tekanan jual pada
hari ini dan menjadi _worst performer_ di regional Asia. Sejumlah analis
menilai bahwa investor menilai kembali risiko ketidakpastian kebijakan dan
gejolak sosial di Indonesia yang terus meningkat beberapa waktu terakhir
sehingga mendorong aksi jual di seluruh aset keuangan Indonesia. Namun
demikian, analis memandang untuk saat ini tekanan jual masih bersifat jangka
pendek, dengan potensi risiko yang meningkat jika tensi politik dan sosial
semakin memanas.
· Presiden
RI Prabowo Subianto minta agar masyarakat tetap tenang dan menjaga kepercayaan
terhadap pemerintahannya. Himbauan tersebut disampaikan Presiden Prabowo di
tengah upaya aparat keamanan untuk meredam kemarahan publik pada aksi protes
nasional untuk hari ketiga. Aksi protes tersebut mencerminkan amarah mendalam publik
atas kematian seorang pengemudi ojek _online_ yang tertabrak kendaraan taktis polisi
saat bentrokan pada malam sebelumnya, dan juga mengikuti serangkaian protes
yang dipicu oleh keresahan ekonomi. Presiden Prabowo mengkritik polisi atas
insiden tersebut dan berjanji akan meminta pertanggungjawaban dari aparat
terkait.
· Rilis
data AS semalam: Data GDP AS Q2-2025 (annualized) direvisi naik menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,0%, sementara _personal consumption_ tumbuh 1,6% dari angka
sebelumnya 1,4%. _Initial jobless claims_ turun ke level 229K, lebih rendah
dibandingkan 234K pada pekan sebelumnya. Pasar saat ini memperkirakan peluang
sebesar 87,1% untuk pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25bps pada bulan
September, sedikit lebih rendah dari perkiraan hari sebelumnya sebesar 88,2%.
· Presiden
AS Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif baru pada negara-negara yang
mengenakan pajak pada produk dan layanan digital. Indonesia akan tetap aman
dari ancaman tarif Trump tersebut. Pemerintah Indonesia memastikan bahwa
penerapan PPN pada produk dan layanan digital telah sesuai dengan pedoman
global, sehingga menjaga kestabilan hubungan perdagangan antara Indonesia dan
AS.
· Harga obligasi domestik pemerintah
bergerak melemah terbatas dengan _yield_ naik pada kisaran 0-5bps, kecuali
tenor 5 tahun dengan yield naik 10bps. Pelemahan terjadi di
seluruh aset keuangan Indonesia hari ini dipicu aksi jual akibat kekhawatiran
investor terkait aksi unjuk rasa yang berlangsung ricuh dan meningkatkan
ketegangan politik di Indonesia. Pada lelang SRBI hari ini investor juga
terlihat tidak agresif seiring total _bid_ yang hanya mencapai Rp11,8 triliun,
dibawah _bid_ lelang sebelumnya sebesar Rp31,1 triliun. Sementara volume
transaksi SBN secara _outright_ tercatat sebesar Rp36,0 triliun hari ini, naik dari
volume transaksi kemarin sebesar Rp20,3 triliun.
·
IHSG ditutup melemah tajam sebesar -1,53%
ke level 7.830,49.
·
Rupiah ditutup melemah sebesar -0,88% ke
level 16.490, dari penutupan hari sebelumnya di level Rp16.345.
Divisi Pengelolaan Investasi
DAPENBI IP